A. Teori
Belajar Kognitivisme
Pada teori belajar kognitivisme,
belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk
memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses
berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif di antaranya:
1.
Teori perkembangan Piaget
2.
Teori bermakna Ausubel
3.
Toeri kognitif Bruner
Menurut peaget (dalam
Hudoyono,1988:45) Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru,
dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk itu,
manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu
perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut.
Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses
tersebut meliputi:
a.
Skema/skemata adalah struktur
kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan
mental dalam interaksinya dengan
lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk
mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
b.
Asimilasi adalah proses kognitif
perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau
merinci.
c.
Akomodasi adalah proses
pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d.
Equilibrasi adalah keseimbangan
antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman
luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang
berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan
akomodasi.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen
dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya yang dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
Empat tahap perkembangan kognitif:
1.
Tahap sensorik motorik ( 0-2
tahun)
2.
Tahap preoperasional (2-6 tahun)
3.
Tahap operasional kongkrit (6-12 tahun)
4.
Tahap formal yang bersifat
internal (12-18 tahun)
Seseorang
tidak dapat mempelajari sesuatu diluar kemampuan kognitifnya. Adapun Akomodasi
adalah proses menstruktur kembali mental sebagai akibat adanya informasi dan
pengalaman baru (Hudoyono,1988:47) .
Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan
struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar.
Bruner bekerja pada pengelompokkan
atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta
didik memperoleh informasi dari lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya
tentang perkembangan intelektual, yaitu:
1. enactive,
dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui tindakannya pada
objek;
2. iconic, dimana belajar terjadi melalui
penggunaan model dan gambar; dan
3. symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam
berfikir abstrak
Model
pembelajaran berdasar teori kognitif
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses.
B. Model-model
pembelajaran
1. Model
pembelajaran inkuiri
a. Pengertian
Inkuiri
berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya.
Pertanyaan ilmiah adalah yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan
terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan
atau rumusan masalah. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan
meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,
meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan
penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan
percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data,
menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997). Menurut Sanjaya (2009),
penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu berorientasi
pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan berfikir), prinsip
interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan
antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya),
prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think), prinsip
keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukan). Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama Model Pembelajaran Inkuiri:
1. Model inkuiri menekankan pada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya peserta
didik jadikan subyek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan. Model inkuiri ini
menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber
belajar yang menjelaskan saja.
3. Tujuan dari penggunaan model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian proses mental.
Model Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1. Guru mengharapkan siswa dapat
menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
2. Bahan pelajaran yang akan
diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah
kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan
dan kemampuan berpikir.
5. Siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.
6. Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.
b. Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran
Inkuiri
1.
Berorientasi pada Pengembangan
Intelektual
Tujuan
utama dari model inkuiri adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri
ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar. Oleh karena itu, keberhaasilan dari proses pembelajaran dengan
menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu.
2.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya
adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa
dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran
sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa
mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3.
Prinsip Bertanya
Peran
guru yang harus dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah
guru sebagai penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh
sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat
diperlukan.
4.
Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar
bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir,
yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak
kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal. Belajar yang hanya cenderung menggunakan otak kiri dengan memaksa
anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering
dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung
oleh pergerakan otak kanan.
5.
Prinsip Keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba
berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak
perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan
logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan
kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukan.
c.
Langkah
Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri
1. Orientasi
Orientasi
adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif.
Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Pada langkah orientasi dalam Model Pembelajaran Inkuiri, guru merangsang dan
mengajak siswa berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan orientasi tergantung
pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak akan mungkin proses pembelajran
akan beralan dengan lancar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan
langkah membawa siswa pada persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki.
Proses pencarian jawaban itulah yang sangat penting dalam model inkuiri, oleh sebab itu melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengmbangkan mental melalui proses berpikir.
3. Mengajukan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara
dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara,
hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk
berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)
pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring infirmasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajuakan.
Dalam model pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengmbangan
intelektual. Oleh sebab itu tugas dan peran guru tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah
proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat hendaknya
guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
d.
Kesulitan – Kesulitan Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri
Model
Pembelajaran Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang dianggap baru khususnya di Indonesia.
Sebagai suatu model baru, dalam
penerapannya terdapat beberapa kesulitan :
a)
Model Pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada proses
berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses
belajar dan hasil belajar.
b)
Sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa
bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan
demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama.
c)
Berhubungan dengan sistem
pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten.
e.
Keunggulan
Dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
1)
Keunggulan Model Pembelajaran
Inkuiri
Roestiyah
(1991:76) mengemukakan bahwa ada beberapa keunggulan dari model inkuiri yaitu:
a) Dapat
membentuk dan mengembangkan konsepsi pada diri siswa,sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep atau ide-ide yang lebih baik.
b) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan
transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja
atas inisiatif sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan
merumuskan hipotesis.
e) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
f) Dapat
mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
g) Siswa dapat menghindari cara-cara yang
tradisional.
h) Memberi kebebasan siswa untuk berpikir
sendiri.
i)
Situasi proses belajar lebih terangsang.
j)
Memberikan waktu pada siswa secukupnya
sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi.
2)
Kelemahan model Pembelajaran
Inkuiri
Di
samping memiliki keunggulan, model ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
a) Jika
model ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
f.
Contoh Penerapan model pembelajaran inkuiri
Berdasarkan
pembahasan di atas, model pembelajaran LI dapat dijadikan salah satu alternatif
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama pada mata pelajaran IPA.
Berikut ini akan diberikan contoh implementasi model LI dalam pembelajaran IPA.
Fase / Tahap
|
Kegiatan
|
Orientasi
|
|
Merumuskan Masalah
|
|
Merumuskan Hipotesis
|
|
Mengumpulan Data
|
|
Menguji Hipotesis
|
|
Merumuskan Kesimpulan
|
·
Membimbing setiap kelompok untuk merumuskan
kesimpulan
·
Meminta setiap kelompok untuk menulis laporan hasil
eksperimen
·
Mepresentasikan laporan
|
2. Model
pembelajaran learning cycle 5 face ( LC
5E)
a. Pengertian
Learning Cycle
Learning
cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered),
berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Fajaroh dan Dasna : 2007 ). Model
pembelajaran Learning Cycle dikembangkan dari teori perkembangan kognitif
piaget
Model
belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam
kegiatan belajar yang aktif sehingga proses asimilasi, akomodasi dan organisasi
dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan
dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi
yang dipelajarinya.
Implementasi
Learning Cycle dalam pembelajaran menempatka guru sebagai fasilitator yang
mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama
perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan
arahan dan proses pembimbingan), dan evaluasi (Fajaroh dan Dasna, 2007)
b. Karakteristik
Model Pembelajaran Learning Cycle
·
Siswa membangun sendiri
pengetahuan kognitif melali indra untuk melihat gejala-gejala yang ada
disekitarnya
·
Kedudukan guru sebagai
fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi berfungsi membantu siswa menemukan konsep
pengetahuannya
c. Tahapan
Pembelajaran Learning Cycle
Menurut Lorsbach dalam The Learning Cycle as a Tool for planning
science Instruction dalam Learning Cycle terdiri dari lima fase yaitu: (1) fase
to engage (fase mengundang), (2) fase to explore (fase penggali), (3) fase to
explain (fase penjelasan), (4) fase to extend (fase penerapan konsep), (5) fase
to evaluate (fase evaluasi). Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut
(Dasna, 2006)
1) Fase
pendahuluan (engagement)
Kegiatan
pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan
berfikirnya, dan membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang dimilikinya.
Hal penting yang perlu dicapai oleh pengajar pada fase ini adalah timbulnya
rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari. Keadaan
tersebut dapat dicapai dengan mengjukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
tentang fakta atau fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari.
Jawaban
siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh
mereka.pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang
fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dengan fase eksplorasi
(Dasna,2006:79)
2) Fase
Eksplorasi (Exploration)
Pada
fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri
maupun bekerja secara berkelompok tampa instruksi atau pengarahan secara
langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu objek, melakukan percobaan
(secara ilmiah), melakukan pengamatan, pengumpulan data sampai pada membuat
kesimpulan dari percobaan yang dilakukan . dalam kegiatan ini guru sebaiknya
berperan sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada lingkup
permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya).
Dengan
kegiatan eksplorsi ini, siswa diberi kesempatan untuk menguji dugaan dan
hipotesis yang telah mereka tetapkan. Mereka dapat mencoba beberapa alternatif
pemecahan, mendiskusikannya dengan teman sekelompoknya, mencatatbhasil
pengamatan dan mengemukakan ide dan mengambil keputusan memecahkannya (Dasna,
2006:81)
3) Fase
penjelasan (Exsplaination)
Kegiatan
belajar pada fase penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan,
dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukan
contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasanya.
Pada
kegiatan ini sangat penting adanya diskusi antara anggota kelompok untuk mengkritisi
penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan siswa yang lain
4) Fase penerapan konsep (Extend)
Kegiatan
belajar pada fase ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang
dimilikinya pada situasi baru. Guru dapat mengrahkan siswa untuk memperoleh
penjelasan alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi
alam situasi yang baru gurundapat memulai dengan mengajukan masalah baru yang
memerlukan pengujian lewat eksplorasi dengan melakukan percobaan, pengamatan,
pengumpulan data analisis data sampai membuat kesimpulan
5) Fase
Evaluasi (Evaluation)
Kegiatan
belajar pada fase evaluasi , guru ingin
mengamati perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses belajar pada fase ini
guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab menggunakan lembar
observasi, fakta atau data dari penjelasan sebelumnya yang dapat diterima.
Kegiatan pad fase evaluasi berhubungan dengan penilaian kelas yang dilakukan
guru meliputi penilaian proses dan evaluasi punguasaan konsep yang diperoleh
siswa
d. Kelebihan
dan Kekurangan Pembelajaran Learning Cycle
ü Kelebihan
·
Memperluas wawasan dan
meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang
pembelajaran
·
Meningkatkan motivasi
belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
·
Membantu mengembangkan
sikap ilmiah siswa,
·
Pembelajaran menjadi
lebih bermakna
ü kekurangan
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000):
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000):
·
efektifitas pembelajaran
rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
·
menuntut kesungguhan dan kreativitas guru
dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
·
memerlukan pengelolaan kelas yang lebih
terencana dan terorganisasi
·
memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak
dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
contoh penggunaan model
pembelajaran Learning Cycle
Model
pembelajaran Learning Cycle dirasakan
sesuai jika diterapkan pada pembelajaran kimia karena mengingat kimia merupakan
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam secara molekuler.
3. Model
pembelajaran berbasis masalah
Ciri
utama pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajuan pertanyaan atau
masalah, memusatkan keterkaitan antara disiplin ilmu, penyelidikan autentik,
kerjasama dan menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran berbasis masalah
tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyak kepada
siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah meliputi beberapa hal yakni
a.
Tugas-tugas perencanaan
1) Penetapan
tujuan
Pertama
kali kita mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berbasis maslah direncanakan
untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri.
2) Merancang
situasi masalah
Beberapa
guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberikan siswa suatu
keleluasaan untuk memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan
motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung
teka-teki dan tidak terdifinisi secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna
bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3) Organisasi
sumber daya dan rencana logistik
Dalam
pembelajaran berbasis masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam
material, peralatan dan pelaksanaanya dapat dilakukan didalam kelas, bisa juga
diperpustakaan bahkan dapat pula dilakukan di luar kelas. Oleh karena itu tugas
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan
siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah.
b.
Tugas interaktif
1)
Orientasi siswa pada
masalah
Siswa
perlu memahami tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar tetapi untuk melakukan
penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang
mandiri. Cara yang baik untuk menyelesaikan masalah untuk sebuah pelajaran
dalam pembelajaran berbasis masalah menggunakan kejadian yang menimbulkan
keinginan untuk memecahkan masalah.
2)
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Pada
model pembelajaran ini dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama antara
siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3)
Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok
a) Guru
membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi
pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan juga informasi yang
dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa di ajarkan menjadi penyelidik
yang aktif dan dapat menggunakan metode
yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya.
b) Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan
penerimaan sepenuhnya. Ide-ide itu merupakan hal yang sangat penting dalam
penyelidikan pembelajaran berbasis masalah. Selama penyelidikan guru memberi
bantuan tanpa mengganggu ide-ide siswa.
Sintaks
(alur proses) pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri atas 5 tahap
yakni:
Tahap
|
Tingkah laku Guru
|
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, siswa terlibat dalam aktivitas relevan masalah yang
dipilihnya
|
Tahap 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa untuk mengidentifikasikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubengan dengan masalah tersebut
|
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
|
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu
mereka berbagi tugas dengan temannya
|
Tahap 5
Menganalisis dan megevaluasi proses pemecahan
masalah
|
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-prose yang mereka gunakan
|
Model pembelajaran ini
memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, peran guru
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog.
Kelebihan:
v Siswa
dilibatkan dalam kegiatan belajar sehingga pengetahuan benar-benar diserap
dengan baik
v Jika
dilakukan dalam kelompok maka siswa dapat dilatih untuk saling bekarjasama
v Dapat
memperoleh informasi dari berbagai sumber untuk menyelesaikan masalah dan
dengan demikian dapat meningkatkan pemahaman siswa
Kekurangan:
v Untuk
siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai
v Membutuhkan
banyak waktu
v Tidak
semua mata pelajaran dapat diterapkan model ini
WOW
BalasHapusbermanfaat
BalasHapus