Selasa, 21 Januari 2014

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DARI TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME



A.    Teori Belajar Kognitivisme
            Pada teori belajar kognitivisme, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif  di antaranya:
1.      Teori perkembangan Piaget
2.      Teori bermakna Ausubel
3.      Toeri kognitif  Bruner

            Menurut peaget (dalam Hudoyono,1988:45) Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:
a.       Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya  dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
b.      Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
c.       Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d.      Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

            Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya yang  dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.       Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Empat tahap perkembangan kognitif:
1.      Tahap sensorik motorik ( 0-2 tahun)
2.      Tahap preoperasional (2-6 tahun)
3.       Tahap operasional kongkrit (6-12 tahun)
4.      Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun)

            Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu diluar kemampuan kognitifnya. Adapun Akomodasi adalah proses menstruktur kembali mental sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru (Hudoyono,1988:47) .
            Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar.
            Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu:

1.      enactive, dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek;
2.       iconic, dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar; dan
3.       symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak
            Model pembelajaran berdasar teori kognitif  memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
B.     Model-model pembelajaran
1.      Model pembelajaran inkuiri
a.       Pengertian
                 Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.    (Depdikbud, 1997). Menurut Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think), prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan). Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama Model Pembelajaran Inkuiri:
1.      Model  inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya peserta didik jadikan subyek belajar.
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan. Model inkuiri ini menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar yang menjelaskan saja.
3.      Tujuan dari penggunaan model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.

Model Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1.       Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
2.       Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3.      Proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.      Akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan dan kemampuan berpikir.
5.      Siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6.      Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

b.      Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
1.      Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
          Tujuan utama dari model  inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, keberhaasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.
2.      Prinsip Interaksi

          Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3.       Prinsip Bertanya

          Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

4.       Prinsip Belajar untuk Berpikir

          Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung menggunakan otak kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan.





5.      Prinsip Keterbukaan

          Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

c.       Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri

1.      Orientasi
                Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah orientasi dalam Model  Pembelajaran Inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan orientasi tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak akan mungkin proses pembelajran akan beralan dengan lancar.
2.       Merumuskan Masalah
               Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki. Proses pencarian jawaban itulah yang sangat penting dalam model  inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengmbangkan mental melalui proses berpikir.
3.       Mengajukan Hipotesis
               Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4.      Mengumpulkan Data
               Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring infirmasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajuakan. Dalam model  pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengmbangan intelektual. Oleh sebab itu tugas dan peran guru tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5.      Menguji Hipotesis
               Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6.       Merumuskan Kesimpulan
               Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat hendaknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

d.       Kesulitan – Kesulitan Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri

                 Model Pembelajaran Inkuiri merupakan salah satu model  pembelajaran yang dianggap baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu model  baru, dalam penerapannya terdapat beberapa kesulitan :
a)      Model  Pembelajaran Inkuiri merupakan model  pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar.
b)       Sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama.
c)      Berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten.

e.       Keunggulan Dan Kelemahan Model  Pembelajaran Inkuiri

1)      Keunggulan Model Pembelajaran Inkuiri
          Roestiyah (1991:76) mengemukakan bahwa ada beberapa keunggulan dari model inkuiri yaitu:
a)      Dapat membentuk dan mengembangkan konsepsi pada diri siswa,sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep atau ide-ide yang lebih baik.
b)       Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c)       Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
d)      Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesis.
e)       Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
f)       Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
g)       Siswa dapat menghindari cara-cara yang tradisional.
h)       Memberi kebebasan siswa untuk berpikir sendiri.
i)         Situasi proses belajar lebih terangsang.
j)         Memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi.

2)      Kelemahan model Pembelajaran Inkuiri
          Di samping memiliki keunggulan, model ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
a)      Jika model ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b)      Model  ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c)      Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.



f.        Contoh Penerapan model pembelajaran inkuiri

                 Berdasarkan pembahasan di atas, model pembelajaran LI dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama pada mata pelajaran IPA. Berikut ini akan diberikan contoh implementasi model LI dalam pembelajaran IPA.
Fase / Tahap
Kegiatan
Orientasi
  • Memicu rasa ingin tahu peserta didik dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban: : Air dan Larutan gula (air+gula) kalau dididihkan mana yang lebih tinggi titik didihnya?
  • Minta peserta didik untuk menebak jawabannya berdasarkan pikirannya.
  • Ajukan pertanyaan, apakah peserta ingin jawabannya? Kalau ingin jawabannya, minta peserta didik untuk membuktikan sendiri melalui sebuah percobaan.
  • Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
  • Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
  • Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Latihan Inkuiri.
  • Bentuk kelompok untuk melakukan eksperimen
  • Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan (di Laboratorium kimia)
Merumuskan Masalah
  • Menjelaskan bagaimana cara merumuskan masalah
  • Setiap kelompok merumuskan masalah, misalnya: (1) Apakah semakin besar berat benda semakin ? (2) Berapakah perubahan titik didih air sebelum ditambah zat terlarut dengan air yang sudah ditambah zat terlarut?
  • Minta setiap kelompok mencari informasi tentang sifat koligatif larutan dari referensi yang ada
Merumuskan Hipotesis
  • Berdasarkan pada kajian referensi yang dilakukan setiap kelompok,  minta setiap kelompok merumuskan hipotesisnya
Mengumpulan Data
  • Setiap kelompok melakukan eksperimen (percobaan)
  • Membimbing setiap kelompok untuk melakukan  kegiatan eksperimen
  • Membimbing setiap kelompok untuk melakukan pengamatan untuk memperoleh data yang mendukung
Menguji Hipotesis
  • Berdasarkan data yang telah diperoleh, setiap kelompok melakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan
  • Membimbing menganalisis data
Merumuskan Kesimpulan
·         Membimbing setiap kelompok untuk merumuskan kesimpulan
·         Meminta setiap kelompok untuk menulis laporan hasil eksperimen
·         Mepresentasikan laporan


2.      Model pembelajaran learning cycle 5 face ( LC 5E)

a.       Pengertian Learning Cycle
            Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Fajaroh dan Dasna : 2007 ). Model pembelajaran Learning Cycle dikembangkan dari teori perkembangan kognitif piaget
            Model belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga proses asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajarinya.
            Implementasi Learning Cycle dalam pembelajaran menempatka guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan), dan evaluasi (Fajaroh dan Dasna, 2007)
b.      Karakteristik Model Pembelajaran Learning Cycle
·         Siswa membangun sendiri pengetahuan kognitif melali indra untuk melihat gejala-gejala yang ada disekitarnya
·         Kedudukan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berfungsi membantu siswa menemukan konsep pengetahuannya

c.       Tahapan Pembelajaran Learning Cycle
            Menurut  Lorsbach dalam  The Learning Cycle as a Tool for planning science Instruction dalam Learning Cycle terdiri dari lima fase yaitu: (1) fase to engage (fase mengundang), (2) fase to explore (fase penggali), (3) fase to explain (fase penjelasan), (4) fase to extend (fase penerapan konsep), (5) fase to evaluate (fase evaluasi). Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut (Dasna, 2006)
1)      Fase pendahuluan (engagement)
          Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berfikirnya, dan membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang dimilikinya. Hal penting yang perlu dicapai oleh pengajar pada fase ini adalah timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari. Keadaan tersebut dapat dicapai dengan mengjukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta atau fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
          Jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka.pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dengan fase eksplorasi (Dasna,2006:79)
2)      Fase Eksplorasi (Exploration)
          Pada fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun bekerja secara berkelompok tampa instruksi atau pengarahan secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu objek, melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan, pengumpulan data sampai pada membuat kesimpulan dari percobaan yang dilakukan . dalam kegiatan ini guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya).
          Dengan kegiatan eksplorsi ini, siswa diberi kesempatan untuk menguji dugaan dan hipotesis yang telah mereka tetapkan. Mereka dapat mencoba beberapa alternatif pemecahan, mendiskusikannya dengan teman sekelompoknya, mencatatbhasil pengamatan dan mengemukakan ide dan mengambil keputusan memecahkannya (Dasna, 2006:81) 
3)      Fase penjelasan (Exsplaination)
          Kegiatan belajar pada fase penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukan contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasanya.
Pada kegiatan ini sangat penting adanya diskusi antara anggota kelompok untuk mengkritisi penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan siswa yang lain
4)      Fase  penerapan konsep (Extend)
          Kegiatan belajar pada fase ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep  yang telah dipahami dan keterampilan yang dimilikinya pada situasi baru. Guru dapat mengrahkan siswa untuk memperoleh penjelasan alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi alam situasi yang baru gurundapat memulai dengan mengajukan masalah baru yang memerlukan pengujian lewat eksplorasi dengan melakukan percobaan, pengamatan, pengumpulan data analisis data sampai membuat kesimpulan




5)      Fase Evaluasi (Evaluation)
          Kegiatan belajar  pada fase evaluasi , guru ingin mengamati perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses belajar pada fase ini guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab menggunakan lembar observasi, fakta atau data dari penjelasan sebelumnya yang dapat diterima. Kegiatan pad fase evaluasi berhubungan dengan penilaian kelas yang dilakukan guru meliputi penilaian proses dan evaluasi punguasaan konsep yang diperoleh siswa
d.      Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Learning Cycle
ü  Kelebihan
·         Memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang  pembelajaran
·         Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
·         Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa,
·         Pembelajaran menjadi lebih bermakna
ü  kekurangan
                Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000):
·         efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
·          menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
·          memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
·          memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.


contoh penggunaan model pembelajaran Learning  Cycle
          Model pembelajaran Learning  Cycle dirasakan sesuai jika diterapkan pada pembelajaran kimia karena mengingat kimia merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam secara molekuler.

3.      Model pembelajaran berbasis masalah
                 Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antara disiplin ilmu, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyak kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah.
                 Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah meliputi beberapa hal yakni
a.       Tugas-tugas perencanaan
1)      Penetapan tujuan
        Pertama kali kita mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berbasis maslah direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri.
2)      Merancang situasi masalah
        Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberikan siswa suatu keleluasaan untuk memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki dan tidak terdifinisi secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3)      Organisasi sumber daya dan rencana logistik
        Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material, peralatan dan pelaksanaanya dapat dilakukan didalam kelas, bisa juga diperpustakaan bahkan dapat pula dilakukan di luar kelas. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah.
b.      Tugas interaktif
1)      Orientasi siswa pada masalah
                  Siswa perlu memahami tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Cara yang baik untuk menyelesaikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah menggunakan kejadian yang menimbulkan keinginan untuk memecahkan masalah.
2)      Mengorganisasikan siswa untuk belajar
                  Pada model pembelajaran ini dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3)      Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
a)      Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan juga informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa di ajarkan menjadi penyelidik yang  aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya.
b)       Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya. Ide-ide itu merupakan hal yang sangat penting dalam penyelidikan pembelajaran berbasis masalah. Selama penyelidikan guru memberi bantuan tanpa mengganggu ide-ide siswa.

Sintaks (alur proses) pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri atas 5 tahap yakni:

Tahap
Tingkah laku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, siswa terlibat dalam aktivitas relevan masalah yang dipilihnya
Tahap 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubengan dengan masalah tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5
Menganalisis dan megevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-prose yang mereka gunakan

                 Model pembelajaran ini memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Kelebihan:
v  Siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar sehingga pengetahuan benar-benar diserap dengan baik
v  Jika dilakukan dalam kelompok maka siswa dapat dilatih untuk saling bekarjasama
v  Dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber untuk menyelesaikan masalah dan dengan demikian dapat meningkatkan pemahaman siswa
Kekurangan:
v  Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai
v  Membutuhkan banyak waktu
v  Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan model ini

















2 komentar: