A. HAKIKAT
PENELITIAN PENGEMBANGAN
Penelitian
Pengembangan (Research and development /R&D) adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu
produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Untuk
dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi
di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji produk tersebut.
Jadi penelitian pengembangan bersifat longitudinal.
Borg
and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut: Penelitian
Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses
ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari
temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan
di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang
lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji
menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.
Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai
suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi
program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas,
kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria
“dapat menunjukkan nilai tambah” selain ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan
pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan
adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara
lain: bahan pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem
pengelolaan dalam pembelajaran.
B. PROSEDUR
PENELITIAN PENGEMBANGAN
Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh
oleh peneliti/pengembang dalam membuat produk. Prosedur
pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen
rancangan produk yang dikembangkan.
Dalam prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat
komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis
fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan
hubungan antar komponen dalam sistem.
Dalam keperluan penelitian dan
pengembangan, seorang peneliti harus memenuhi langkah-langkah procedural yang
biasanya digambarkan dalam suatu gambar alur dari awal hingga akhir.
Prosedur penelitian pengembangan
menurut Borg dan Gall, dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 5 langkah
utama:
1.
Melakukan
analisis produk yang akan dikembangkan
2.
Mengembangkan
produk awal
3.
Validasi ahli
dan revisi
4.
Ujicoba
lapangan skala kecil dan revisi produk
5.
Uji coba
lapangan skala besar dan produk akhir
C.
KARAKTERISTIK
DAN MOTIF PENELITIAN PENGEMBANGAN
Menurut
Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :
1.
Masalah yang ingin dipecahkan adalah
masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi
dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya
terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
2.
Pengembangan model, pendekatan dan
metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian
kompetensi siswa.
3.
Proses pengembangan produk, validasi
yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu
dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas
pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya
dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara
akademik.
4.
Proses pengembangan model,
pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara
rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang
mencerminkan originalitas.
Sedangkan
motif penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker (1999) antara lain :
1.
Motif dasarnya bahwa penelitian
kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, seperti eksperimen, survey, analisis
korelasi yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak memberikan hasil yang
berguna untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
2.
Keadaan yang sangat kompleks dari
banyknya perubahan kebijakan di dalam dunia pendidikan, sehingga diperlukan
pendekatan penelitian yang lebih evolusioner (interaktif dan siklis).
3.
Penelitian bidang pendidikan secara
umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi
ketiadaan bukti.
D.
RUMUSAN
MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN PENGEMBANGAN
Pada rumusan masalah dan tujuan
dalam penelitian pengembangan biasanya berisi dua informasi, yaitu (1) masalah
yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran, model, soal, atau
perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah tersebut. Selama dua
aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah penelitian pengembangan, maka
rumusan masalah tersebut sudah benar.
Penambahan beberapa sub-masalah
untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja dilakukan selama tidak
mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah tersebut, misalnya tetap hanya
akan menghasilkan sebuah produk perangkat pembelajaran dalam satu penelitian
pengembangan. Rumusan masalah penelitian pengembangan bisa dirinci menjadi
beberapa sub-masalah apabila perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan bisa
dibagi menjadi beberapa bagian.
Menurut Akker (1999) tujuan
penelitian pengembangan dibedakan berdasarkan pengembangan pada bagian
kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru
didaktis. Berikut ini penjelasannya :
1.
Pada bagian kurikulum
Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan
keputusan sepanjang pengembangan suatu produk/program untuk meningkatkan suatu
program/produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan
berbagai hal dari jenis ini pada situasi ke depan.
2.
Pada bagian teknologi dan media
Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan
instruksional, pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi
pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang
digeneralisasi.
3.
Pada bagian pelajaran dan
instruksi
Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam
perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran
keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak
mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.
4.
Pada bagian pendidikan guru dan
didaktis
Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran
keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu
pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada bagian didaktis, tujuannya untuk
menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang
melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis dari
perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang
ditentukan, mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan
produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.
E.
METODE
PENELITIAN PENGEMBANGAN
Metode
penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian pendekatan
penelitian lainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap
yaitu tahap preliminary dan
tahap formative evaluation
(Tessmer, 1993) yang meliputi self
evaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one, dan small
group), serta field test.
Adapun alur desain formative
evaluation sebagai berikut :
1. Tahap Preliminary
Pada tahap ini, peneliti akan menentukan tempat dan
subjek penelitian seperti dengan cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata
pelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti
akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian
dan prosedur kerja sama dengan guru kelas yang dijadikan tempat penelitian.
2. Tahap Formative Evaluation
1) Self Evaluation
Ø Analisis
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian
pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan melakukan analisis siswa, analisis
kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan dikembangkan.
Ø Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang
akan dikembangkan yang meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang
akan di kembangkan. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh dapat di
validasi teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik triangulasi data
yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat. Hasil pendesainan ini disebut
sebagai prototipe pertama.
2) Prototyping
Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang
dikembangkan atas dasar self
evaluation diberikan pada pakar (expert
review) dan siswa (one-to-one)
secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada
prototipe pertama dinamakan dengan prototipe kedua.
Ø Expert Review
Pada tahap expert
review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi
oleh pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari
masing-masing prototipe. Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi
perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para
pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi
sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau
tidak.
Ø One-to-one
Pada tahap one-to-one,
peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan kepada siswa/guru
yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain
yang telah dibuat.
Ø Small group
Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada
prototipe pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan
dinamakan prototipe kedua kemudian hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan
ini digunakan untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal
berdasarkan saran/komentar siswa pada small
group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.
3) Field Test
Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua
dijadikan dasar untuk merevisi desain
prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini
sebagai uji lapangan atau field test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan
haruslah produk yang telah memenuhi
kriteria kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah: validitas, kepraktisan, dan
efektivitas (memiliki efek potensial)
F.
PROSES
PENELITIAN PENGEMBANGAN
Penelitian
Pengembangan biasanya dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang
ditemui di kelas oleh guru yang akan melakukan penelitian. Yang dimaksud
masalah pembelajaran.dalam penelitian pengembangan adalah masalah yang terkait
dengan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa,
media pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar, dsb. Perangkat
pembelajaran dianggap menjadi masalah karena belum ada, atau ada tetapi tidak
memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki, dsb.
Tentunya tidak semua masalah perangkat pembelajaran akan diselesaikan
sekaligus, satu masalah perangkat pembelajaran saja yang dipilih sebagai
prioritas untuk diselesaikan lebih dulu.
Tahap
berikutnya adalah mengkaji teori tentang pengembangan perangkat
pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan. Setelah menguasai
teori terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran, peneliti kemudian
bekerja mengembangkan draft perangkat pembelajaran berdasarkan
teori yang relevan yang telah dipelajari.
Setelah selesai dikembangkan, draft harus berulangkali direview sendiri oleh
peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review).
Setelah
diyakini bagus sesuai dengan yang diharapkan, draft tersebut dimintakan
masukan kepada para ahli yang relevan (expert validation).
Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan terhadap draft.
Setelah draft direvisi berdasar masukan dari para ahli, langkah
berikutnya adalah menguji-coba draft tersebut. Uji-coba disesuaikan
dengan penggunaan perangkat. Bila yang dikembangkan adalah bahan ajar, maka
uji-cobanya adalah digunakan untuk mengajar kepada siswa yang akan membutuhkan
perangkat tersebut. Uji-coba bisa dilakukan pada beberapa bagian saja terhadap
sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila yang diuji-coba adalah silabus,
maka uji-cobanya adalah terhadap guru yang akan menggunakan silabus tersebut.
Kegiatan uji-cobanya adalah meminta guru menggunakan silabus untuk menyusun
Rencana Program Pembelajaran (RPP).
Tujuan
uji-coba adalah untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dapat diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba, beberapa bagian mungkin
memerlukan revisi. Kegiatan terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft
akhir perangkat pembelajaran tersebut.
Menurut
Akker (1999), ada 4 tahap dalam penelitian pengembangan yaitu :
1.
Pemeriksaan pendahuluan (preliminary
inverstigation).
Pemeriksaan
pendahuluan yang sistematis dan intensif dari permasalahan mencakup:
Ø
tinjauan ulang literatur,
Ø
konsultasi tenaga ahli,
Ø
analisa tentang ketersediaan contoh
untuk tujuan yang terkait, dan
Ø
studi kasus dari praktek yang umum
untuk merincikan kebutuhan.
2.
Penyesuaian teoritis (theoretical
embedding)
Usaha yang
lebih sistematis dibuat untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam mengutarakan
dasar pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.
3.
Uji empiris (empirical testing)
Bukti
empiris yang jelas menunjukkan tentang kepraktisan dan efektivitas dari
intervensi.
4.
Proses dan hasil dokumentasi,
analisa dan refleksi (documentation,analysis, and reflection on process and
outcome). Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan
perluasan metodologi rancangan dan pengembangan penelitian.
PENELITIAN
TINDAKAN
A. PENGERTIAN
PENELITIAN TINDAKAN
Penelitian
tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan
tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang
diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk
kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau
penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih
baik. Tindakan ini di kalangan pendidikan dapat diterapkan pada sebuah kelas
sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),
atau bila yang melakukan tindakan adalah kepala sekolah atau pimpinan lain maka
tetap saja disebut penelitian tindakan. Dalam kaitannya dengan istilah
Penelitian Tindakan Kelas, di situ terdapat tiga kata yang membentuk pengertian
tersebut, yaitu :
a. Penelitian-menunjuk pada suatu kegiatan
mencermati suatu objek dengan menggunakan cara-cara dan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat danpentingbagipeneliti.
b. Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian
berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada
pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti
yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud
dengan ‘kelas' adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.
Dengan
menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2)
tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa. Kesalahan umum yang terdapat dalam penelitian tindakan
guru adalah penonjolan tindakan yang dilakukannya sendiri, misalnya guru
memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pengutaraan kalimat seperti itu kurang
pas. Seharusnya guru menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa mengamati proses mencair es yang ditempatkan di panci tertutup
dan panci terbuka, atau di dalam gelas. Siswa juga diminta membandingkan dan
mencatat hasilnya. Dengan kata lain, guru melaporkan berlangsungnya proses
belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka pada proses yang
terjadi, dan sebagainya.
B.
PRINSIP-PRINSIP
PENELITIAN TINDAKAN
Agar peneliti memperoleh
informasi atau kejelasan tetapi tidak menyalahi kaidah yang ditentukan, perlu
kiranya difahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila sedang
melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun prinsip-prinsip dimaksud adalah
sebagaiberikut.
1.
Kegiatan
nyata dalam situasi rutin
Penelitian
tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika
penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan
dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian
tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah
ada.
2.
Adanya
kesadaran untuk memperbaiki diri
Penelitian
tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas
hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus sampai
tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi
dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain,
penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksanaan atau permintaan dari
pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena
menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang
dirasakan belum memuaskan dan perlu ditingkatkan.
3.
SWOT
sebagai dasar berpijak
Penelitian
tindakan harus dimulai dari melakukan analisis SWOT, terdiri dari unsur-unsur S
(Strength) - kekuatan, W (Weaknesses) - kelemahan, O (Opportunity) -
kesempatan, dan T (Threat) - ancaman. Empat hal tersebut dilihat dari sudut
guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada
hal-hal yang disebutkan, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila
ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu
saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan,
memerlukan pemikiran yang matang.
4.
Upaya
empirik dan sistemik
Prinsip
keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya
analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, sudah
mengikuti prinsip empirik (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak
pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan
objek yang sedang digarap. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus
juga memikirkan tentang sarana pendukung dan hal-hal yang terkait dengan cara
baru tersebut.
5.
Ikuti
SMART dalam perencanaan
SMART
adalah kata bahasa Inggris artinya cerdas, akan tetapi dalam proses perencanaan
kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna.
Ø
S
- Specific, khusus, tidak terlalu umum
Ø
M-
Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
Ø
A
- Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai,
dijangkau
Ø
R
- Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan
Ø
T
- Time-bound, diikat oleh waktu, terencana
Ketika
guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal- hal yang disebutkan dalam
SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus khusus, tidak sulit dilakukan,
dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan dan lingkungan, nyata
bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan. Selain itu yang
sangat penting adalah bahwa tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya.
Penelitian tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, satu semester,
atau satu tahun.
6.
Bukan
seperti biasanya, tetapi harus cemerlang
Penelitian
tindakan harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan kepada siswa
memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan. Sesuai dengan prinsip nomer
2, yaitu adanya kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan diri, apa yang sudah
ada, tindakan yang dilakukan harus berbeda dari biasanya, karena yang biasa
sudah jelas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu guru
melakukan tindakan yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
7.
Terpusat
pada proses, bukan semata-mata hasil
Penelitian
tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil , dengan mengubah cara, metode, pendekatan
atau strategi yang berbeda dari biasanya. Cara, metode, pendekatan atau
strategi tersebut berupa proses yang harus diamati secara cermat, dilihat
kelancarannya, kesesuaian dengan dan penyimpangannya dari rencana, kesulitan
atau hambatan yang dijumpai, dan lain-lain aspek yang berkaitan dengan proses.
Sejauh mana proses ini sudah memenuhi harapan, lalu dikaitkan dengan hasil
setelah satu atau dua kali tindakan berakhir. Dengan kata lain, dalam
melaksanakan penelitian, peneliti tidak harus selalu berpikir dan MENGEJAR
HASIL, tetapi mengamati proses yang terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan
DAMPAK dari prosesnya.
C.
MODEL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Ada beberapa ahli yang
mengemukakan model penelitian tindakan, namun secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing
tahap adalah sebagai berikut.
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan
Dalam
tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang
ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Cara ini dikatakan
ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta
mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa
pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding
dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri,
karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung
mengunggulkan dirinya.
Tahap 2: Pelaksanaan
Tindakan
Tahap
ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan, yaitu implementasi atau
penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap 2 ini pelaksana guru harus
ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi
harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam reflekasi, keterkaitan
antara pelaksanaan dengan perenca- naan perlu diperhatikan.
Tahap 3: Pengamatan
Tahap
ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya
sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan
tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap 2
diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus juga
sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena
hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya
ketika sedang terjadi. Oleh karena itu kepada guru pelaksana yang berstatus
sebagai pengamat ini untuk melakukan "pengamatan balik" terhadap apa
yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini
guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi.
Tahap 4: Refleksi
Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah "refleksi"
dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
pemantulan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti
untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini
sama dengan "memantul-seperti halnya memancar dan menatap kena kaca",
yang dlam hal ini guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti
yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari
penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada
peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dn bagian
mana yang belum. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka
refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut
melihat dirinya kembali, melakukan "dialog" untuk menemukan hal-hal
yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan
mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan "bentuk tindakan" sebagaimana disebutkan dalam uraian ini, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan "bentuk tindakan" sebagaimana disebutkan dalam uraian ini, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
D.
PERSYARATAN
PENELITIAN TINDAKAN OLEH GURU
Beberapa hal di bawah ini
antara lain merupakan persyaratan untuk diterimanya laporan penelitian tindakan
yang dilakukan oleh guru.
1.
Penelitian
tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam
pembelajaran, dan berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.
Penelitian
tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan secara
terus-menerus, objektif, dan sistematis, artinya dicatat atau direkam dengan
baik sehingga diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan yang diperoleh peneliti
serta penyimpangan yang terjadi; hasil pencermatan tersebut akan menetukan
tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti.
3.
Penelitian
tindakan harus dilakukan sekurang- kurangnya dalam dua siklus tindakan yang
berurutan; informasi dari siklus yang terdahulu sangat menentukan bentuk siklus
berikutnya. Oleh karena itu siklus yang kedua, ketiga dan seterusnya tidak
dapat dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi harus tampak
digunakan sebagai bahan masukan untuk perencanaan siklus berikutnya.
4.
Penelitian
tindakan kelas terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah
ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku. Tindakan yang
dilakukan tidak boleh merugikan siswa, baik yang dikenai atau siswa lain. Makna
darim kalimat ini adalah bahwa tindakan yang dilakukan guru tidak hanya memilih
anak-anak tertentu, tetapi harus semua siswa dalam kelas.
5.
Penelitian
tindakan kelas disadari betul oleh pelakunya, sehingga yang bersangkutan dapat
mengemukakan kembali apa yang dilakukan, baik mengenai tindakan, suasana ketika
terjadi, reaksi siswa, urutan peristiwa, hal-hal yang dirasakan sebagai
kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat
sebelumnya.
E.
SASARAN
ATAU OBJEK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Hal-hal
yang dapat diamati sehubungan dengan setiap unsur pembelajaran tersebut antara
lain adalah sebagaimana disajikan dalam bagian berikut. Sesuai dengan prinsip
bahwa ada tindakan dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan kelas
harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek
yang sedang diam dan tanpa gerak.
1.
Unsur
siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik
mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/ laboratorium atau bengkel,
maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di dalam hati, atau
ketika mereka sedang mengikuti kerja bhakti di luar sekolah.
2.
Unsur
guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang
membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata., atau ketika guru sedang
mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
3.
Unsur
materi pelajaran, dapat dicermati urutan matri tersebut ketika disajikan kepada
siswa, meliputi pengorganisasiannya, cara penyajiannya, atau pengaturannya.
4.
Unsur
peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh
siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun
peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas.
5.
Unsur
hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan
yang harus di capai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat
pencapaian. Oleh karena hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan,
pasti terkait dengan tindakan unsur lain.
6.
Unsur
lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi
siswa dirumahnya. Informasi tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan
camput tangan, tetapi digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk
pembahasan.
7.
Unsur
pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur
dan direkayasa dalam bentuk tindakan. Yang digolongkan sebagai kegiatan
pengelolaan misalnya cara mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas,
pengaturan urutan jadwal, pengaturan, tempat duduk siswa, penempatan papan
tulis, penataan peralatan milik siswa dan sebagainya.
F.
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN
Selanjutnya apabila guru
pelaksana penelitian tindakan kelas sudah merasa puas dengan siklus-siklus itu,
tentu saja langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan kegiatannya.
Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal
guru sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah ia lakukan.
Membuat
karya tulis ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah
dibandingkan dengan menulis artikel, karena lahan tulisan akan sudah dipenuhi
dengan penjelasan tentang alasan, tujuan, manfaat dan isi penelitian, kemudian
cerita tentang tindakan dengan siklus-siklusnya. Pada akhir tulisan tinggal
disampaikan hasil penelitian, yaitu keberhasilan yang diperoleh dan hambatan
atau kesulitan dalam pelaksanaan, ditutup dengan rekomendasi atau saran.
Sistematika
laporan penelitian tidak jauh berbeda dengan laporan penelitian yang lain. Satu
hal yang sangat dicermati oleh penilai adalah bagaimana siklus dilaksanakan, dan
penjelasan tentang proses yang berlangsung. Kesalahan umum yang terjadi, guru
hanya menyebutkan sangat sedikit tentang tindakan yang dilakukan, dan langsung
menunjukkan data yang dikumpulkan melalui tes. Hasil tes antar siklus
dibandingkan dengan atau tapa rumus, kemudian disimpulkan. Dalam penelitian
tindakan ini guru tidak diharuskan menonjolkan analisis data, tetapi seperti
sudah dikemukakan di depan, sangat menekankan proses.